SEMBILAN PESAN PERNIKAHAN
Oleh: M. Isro; Zainuddin,QH,S.Pd.I
Pertama: Pertemuan Karena Allah Swt.
Langkah, rezeki, pertemuan dan maut dalam
kuasa Allah Swt. Tapi manusia diberi kuasa untuk memilih dan berbuat yang
disebut dengan ikhtiyar. Rasulullah Saw bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ
أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah Swt telah menetapkan
takdir semua makhluk, lima puluh
ribu tahun sebelum Ia menciptakan langit dan bumi”. (Hadits riwayat Imam
Muslim, dari Abdullah bin ‘Amr). Maka fahamilah bahwa pasangan sebagai pilihan
Allah Swt setelah melewati proses ikhtiyar manusia dengan berbagai macam
skenarionya, dari mulai dipertemukan teman, sampai salah sambung telepon.
Tiga
orang rakyat jelata diberi sebuah pena dari Tuan Raja. Orang pertama berkata
sambil menggerutu, “Raja yang kaya raya cuma memberi sebuah pena!”. Yang kedua
berkata, “Lebih baik, daripada tidak ada sama sekali”. Yang ketiga berkata,
“Saya tidak melihat penanya, tapi yang saya lihat adalah siapa yang
memberikannya”.
Kedua: Menikah Setengah Iman.
Yang paling penting dalam hidup
adalah iman. Hanya dengan iman manusia akan selamat di dunia dan akhirat. Iman
adalah bekal menghadap Allah Swt. Nikah adalah setengah dari iman itu,
sebagaimana sabda Rasulullah Saw bersabda,
مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدْ اِسْتَكْمَلَ نِصْفَ
الإِيْمَانِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِيْ النِّصْفِ الْبَاقِيْ
“Siapa yang menikah, maka ia
telah menyempurnakan setengah keimanannya. Maka hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Swt pada setengahnya”. (Hadits riwayat Imam at-Thabrani, dari Anas
bin Malik. Hadits Hasan). Bekal itu telah terisi setengah, maka sempurnakanlah
dengan takwa kepada Allah Swt. Ketika bekal telah sempurna, maka jangan pernah
berkurang, karena tidak ada yang tau ntah bila perjalanan akan dilanjutkan.
Ketiga: Menjaga Pandangan dan Kemaluan.
Iman itu tidak terlihat, karena ia
masalah yang bersifat batin. Tapi iman diwujudkan dalam perbuatan. Bila
setengah iman itu dilaksanakan, maka terwujud dalam bentuk pemeliharaan mata
dan kemaluan. Demikian disabdakan Rasulullah Saw,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ
الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ
وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ
فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, siapa diantara kamu yang mampu, maka
hendaklah ia menikah, karena pernikahan itu menjaga pandangan dan kemaluan.
Siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu sebagai
pemelihara baginya”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, dari
Abdullah bin Mas’ud). Sebagian besar penyebab kejahatan manusia adalah mata dan
kemaluan. Keduanya dijaga dengan pernikahan.
Keempat: Pasangan Adalah “Ayat”.
Ketika disebut kata ayat, maka
yang terbayang di benak kita adalah bagian dari surah dalam al-Qur’an. Ayat
dalam surah al-Fatihah, ayat Kursi dan ayat-ayat lainnya. Semua itu adalah ayat
yang tersurat, tertulis dalam al-Qur’an. Namun ada ayat-ayat lain, tanda-tanda
kebesaran Allah Swt di alam semesta yang disebut sebagai Ayat Kauniyyah,
diantara ayat-ayat itu adalah langit dan bumi, aneka ragam bahasa dan warna
kulit dan berbagai ayat-ayat lainnya. Satu diantara ayat itu adalah pasangan
hidup. Allah Swt berfirman,
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
“Dan di antaraayat-ayat
(tanda-tanda kekuasaan-Nya) ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri”. (Qs. ar-Ruum [30]: 21).
Istri menjadi ayat bagi suami dan suami
menjadi ayat bagi istri. Jika setiap pasangan memahami bahwa pasangannya adalah
ayat, maka tidak akan ada yang melecehkan ayat, tidak akan ada tindakan
kekerasan dalam rumah tangga. Karena melecehkan pasangan berarti melecehkan
ayat, tanda-tanda kekuasaan Allah Swt.
Kelima: Ketenangan Jiwa.
Manusia terdiri dari ruh dan
jasad. Jasad yang tenang berasal dari ruh yang tenang. Ketenangan ruh itu
berasal dari Allah Swt. Ketenangan yang bukan berasal dari Allah Swt adalah
ketenangan semu karena palsu. Allah Swt menjelaskan bahwa salah satu penyebab
ketenangan itu adalah pasangan hidup yang telah ditetapkan Allah Swt.
Firman-Nya,
لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
“Supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya”. (Qs. ar-Ruum [30]: 21).
Harta
memang bisa memberikan ketenangan. Tapi ketenangan bukan pada harta. Buktinya,
banyak orang yang memiliki harta, tapi tidak mendapatkan ketenangan di
dalamnya. Suatu ketika sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, “Wahai
Rasulullah, apakah harta yang paling berharga?”. Rasulullah Saw menjawab,
لِسَانٌ ذَاكِرٌ وَقَلْبٌ شَاكِرٌ وَزَوْجَةٌ
مُؤْمِنَةٌ تُعِينُهُ عَلَى إِيمَانِهِ
“Lidah yang senantiasa berzikir, hati yang
selalu bersyukur, istri beriman yang menolong keimanan suami”. (Hadits
riwayat Imam at-Tirmidzi dari Tsauban).
Keenam: Melihat Titik Persamaan.
Dua makhluk yang berbeda, sampai orang barat
mengatakan, “Man are from Mars, Women are from Venus”. Semuanya berbeda,
dari bentuk fisik, sifat bawaan, selera makanan dan berbagai hal lainnya. Allah
Swt merekat perbedaan itu dengan Mawaddah dan Rahmah.
وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
“dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang”. (Qs. ar-Ruum [30]: 21).
Mawaddah melihat kecantikan fisik, Rahmah
memandang kebaikan akhlak.
Mawaddah memandang kelebihan, Rahmah menutupi
kekurangan.
Itulah penyambung yang putus, perekat yang
retak.
Allah
Swt menggambarkan pasangan seperti pakaian, saling menutupi dan melindungi,
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ
لَهُنَّ
“mereka adalah pakaian
bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka”. (Qs. al-Baqarah
[2]: 187). Pakaian yang tidak mampu menutupi dan melindungi, maka bukanlah pakaian.
Ketujuh: Patuh Bersyarat.
Laki-laki diberi tanggung jawab di dunia dan
akhirat. Maka selama ia menunaikan kewajiban dan amanah, ajakan dan larangannya
wajib diikuti. Bahkan Rasulullah Saw bersabda,
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ
لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh memerintahkan
manusia untuk bersujud kepada manusia, pastilah aku perintahkan seorang istri
untuk sujud kepada suaminya”. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi, dari Abu
Hurairah, hadits Hasan).
Dalam beberapa kasus, melawan suami
menyebabkan turunnya laknat, sebagaimana sabda Rasulullah Saw,
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى
فِرَاشِهِ فَأَبَتْ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ
حَتَّى تُصْبِحَ
“Apabila seorang suami mengajak suaminya
berhubungan, tapi perempuan itu menolak, maka ia dilaknat malaikat hingga waktu
pagi”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Namun
ketaatan itu bukan tanpa syarat. Suami ditaati selama ia taat kepada Allah Swt
dan Rasul-Nya. Tidak ada ketaatan kepada makhluk jika ketaatan itu menyebabkan
perbuatan maksiat kepada Allah Swt,
فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ
عَلَيْهِ وَلَا طَاعَةَ
“Jika diperintahkan melakukan perbuatan
maksiat, maka tidak perlu didengar dan tidak wajib dipatuhi”. (Hadits
riwayat Imam at-Tirmidzi, dari Abdullah bin Umar, hadits Hasan Shahih).
Kedelapan: Tulang Rusuk Yang Bengkok.
Rasulullah Saw menggambarkan
perumpamaan dengan gambaran yang sangat sempurna,
وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ
الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ
أَعْلَاهُ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ
أَعْوَجَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
“Tinggalkanlah pesan yang baik
untuk para perempuan. Sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk.
Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika
engkau luruskan, maka engkau mematahkannya. Jika engkau biarkan, maka ia akan
tetap bengkok. Tinggalkanlah pesan yang baik-baik untuk perempuan”. (Hadits
riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah). Ia diciptakan bukan
dari tulang kaki pria untuk diinjak. Bukan dari tulang kepalanya untuk
dijunjung. Tapi dari tulang rusuk agar berada setara di sampingnya. Tapi tulang
itu bengkok, jika diikuti akan ikut bengkok. Namun jika diluruskan dengan
paksa, ia akan patah.
Kesembilan: Amal Jariyah.
Allah Swt memberikan ruang dan masa kepada
manusia agar manusia beramal. Ketika ruang dan masa itu ditarik oleh Allah Swt,
maka berakhirlah amal. Tapi ada amal yang tidak akan pernah terhenti, satu
diantaranya anak yang shaleh, sabda Rasulullah Saw,
إِذَا
مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia itu meninggal
dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya”. (Hadits riwayat Imam Muslim,
dari Abu Hurairah). Anak shaleh itu diperoleh lewat pernikahan yang sah. Surga
pun dijanjikan bagi mereka yang mampu menjaga amanah anak, sesuai sabda
Rasulullah Saw,
مَنْ عَالَ ثَلَاثَ بَنَاتٍ فَأَدَّبَهُنَّ
وَزَوَّجَهُنَّ وَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ فَلَهُ الْجَنَّةُ
“Siapa yang merawat tiga orang
anak perempuan dengan baik, ia beri pendidikan yang baik, ia nikahkan dengan
orang-orang yang baik, ia berbuat baik kepada mereka, maka surgalah baginya”.
(Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi dari Abu Sa’id al-Khudri).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah berkomentar di laman blog kami