MELESTARIKAN
NILAI-NILAI RAMADHAN
DENGAN ISTIQOMAH
SEPANJANG HAYAT
Khutbah
Idul Fithri 1 Syawwal 1439. H
Oleh:
Muhammad Isro’ Zainuddin,QH,.S.Pd.I
Khutbah Pertama:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ
اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ،
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ،
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَاَشْهَدٌ
اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اللهُمَّ
صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.
قاَلَ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَلِتُكْمِلُوا
الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ.
اَمَّا
بَعْدُ، فَيَا عِبَادَاللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Jama'ah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah …
Menetes air mata orang beriman
mengiringi tenggelamnya matahari kemarin sore, seiring terbitnya hilal Syawwal,
maka berpisahlah kita dengan Ramadhan. Berpisahlah kita dengan bulan yang di
dalamnya terdapat suatu malam, jika kita beribadah pada malam itu, maka kita
mendapatkan keutamaan ibadah yang lebih baik daripada ibadah seribu bulan. Kita telah berpisah
dengan bulan yang di dalamnya terdapat limpahan rahmat dan ampunan Allah yang
berlipat ganda. Kita telah ditinggalkan oleh bulan yang puasa di dalamnya
menutupi salah dan dosa. Kita telah ditinggalkan oleh bulan turunnya Al-Qur’an
pedoman umat manusia.
Tidak
ada yang dapat menjamin bahwa kita akan bertemu lagi dengan bulan yang penuh
dengan berkah itu. Betapa banyak orang-orang yang kita kasihi dan kita sayangi,
orang-orang tua kita, saudara, kerabat dan para tetangga. Mereka yang dulu
pernah bersama-sama dengan kita, masih terbayang senyuman mereka di pelupuk
mata. Tapi kini, mereka tidak lagi bersama-sama dengan kita. Mereka telah
berada di alam baka, hanya tinggal kenangan yang tak mungkin akan terlupa.
Mari
kita bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah kepada kita.
Orang yang bersyukur, sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Allah
berfirman,
وَمَنْ
يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ
حَمِيدٌ
“Barangsiapa yang bersyukur
(kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji”. (Qs. Luqman [31]: 12).
Semoga dengan bersyukur, Allah
menambah nikmat-Nya kepada kita semua, sesuai janji-Nya:
لَئِنْ
شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Qs. Ibrahim [14]:
7).
Selanjutnya
mari kita bershalawat kepada nabi besar Muhammad Saw. Untuk apa kita
bershalawat?! Jika di dunia ini kita membutuhkan pertolongan, maka kita bisa
meminta tolong kepada saudara-saudara kita, kerabat dan para sahabat. Akan
tetapi akan ada suatu masa nanti, seperti yang difirman Allah:
يَوْمَ
يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ
وَبَنِيهِ
“Pada hari
ketika manusia lari dari saudaranya. Dari ibu dan bapaknya. Dari istri dan
anak-anaknya”. (Qs. ‘Abasa [80]: 34-36). Mengapa semua orang melarikan diri
dari orang-orang yang mereka kasihi?! Padahal di dunia dahulu mereka tidak bisa
berpisah walau sedetik pun.
لِكُلِّ
امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
“Setiap orang dari mereka pada
hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya”. (Qs. ‘Abasa [80]:
37). Saat itu kita sibuk mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita; langkah
kaki, hayunan tangan, tatapan mata, pendengaran bahkan gerak hati. Ketika tidak
ada yang dapat menolong, pada saat tidak ada yang bisa membantu. Maka ketika
itu kita mengharapkan pertolongan dan syafaat Rasulullah Saw. Mari kita
memperbanyak shalawat, semoga kita termasuk umat yang mendapatkan syafaatnya,
amin ya Robbal’alamin.
اللهُ اَكبَرْ (3×) لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
Jamaah Idul Fithri yang dimuliakan
Allah …
Tujuan dari
puasa adalah menciptakan manusia yang bertaqwa. Dan kedudukan manusia di sisi
Allah diukur dari ketakwaannya. Allah berfirman :
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ
أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal”. (Qs. al-Hujurat [49]: 13).
Manusia dianggap mulia bukan karena
hartanya, bukan karena jabatannya, bukan pula karena bentuk dan rupanya.
Rasulullah Saw bersabda:
إنَّ
الله لا ينْظُرُ إِلى أجْسَامِكُمْ ، ولا إِلى صُوَرِكمْ ، وَلَكن ينْظُرُ إلى
قُلُوبِكمْ وأعمالكم
“Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada tubuh kamu dan tidak melihat kepada bentuk kamu,
akan tetapi Allah melihat kepada hati dan perbuatan kamu”. (HR.Muslim).
Janji Allah Swt untuk orang-orang
yang takut kepada-Nya :
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (46)
“Dan bagi orang yang takut akan
saat menghadap Tuhannya ada dua syurga[1446].
[1446] Yang dimaksud dua syurga di
sini adalah, yang satu untuk manusia yang satu lagi untuk jin. Ada juga ahli
tafsir yang berpendapat syurga dunia dan syurga akhirat”. (Qs. ar-Rahman [55]:
46).
اللهُ اَكبَرْ (3×) لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
Jamaah Idul Fithri yang dimuliakan
Allah …
Allah Swt bercerita tentang balasan
yang telah Ia siapkan untuk orang-orang yang bertakwa:
وَسَارِعُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133)
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”.
(Qs. Al ‘Imran [3]: 33).
Satu bulan
penuh kita ditempa dilatih dalam berbagai kebaikan. Bulan Ramadhan yang telah
kita lalui bukanlah bulan menumpuk amal. Akan tetapi bulan membiasakan diri
beramal agar dapat kita laksanakan di bulan-bulan yang akan datang yang pada
akhirnya kita istiqomah hingga kematian tiba. Diantara amal-amal yang mesti
kita lestarikan adalah:
Pertama, takut kepada Allah Swt.
Di saat Ramadhan, kita amat sangat
takut kepada Allah Swt. Kita tidak makan, tidak minum, tidak melihat yang
haram, tidak membicarakan yang haram. Semua larangan Allah Swt kita patuhi.
Mari kita bawa rasa takut itu hingga kita mati. Krisis kita saat ini adalah
krisis tidak adanya rasa takut kepada Allah Swt. Andai seorang suami takut
kepada Allah, maka ia tidak akan menyia-nyiakan istri dan anak-anaknya. Jika
seorang istri takut kepada Allah, ia tidak akan mengkhianati suaminya. Jika
seorang anak takut kepada Allah, maka ia tidak akan menjadi anak durhaka yang
menyia-nyiakan kedua orang tuanya. Andai rakyat takut kepada Allah, maka tidak
akan ada rakyat melawan pemimpin. Andai pemimpin takut kepada Allah, maka tidak
akan ada pemimpin yang memakan hak dan menganiaya rakyatnya. Rasa takut itulah
yang menghalangi orang dari perbuatan membunuh sesama,
لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا
بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ
الْعَالَمِينَ
“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku,
aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu.
Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”. (Qs. al-Ma’idah [5]: 28). Rasa
takut itu pula yang menghalangi orang dari perbuatan zina,
وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ
وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
“Seseorang yang diajak berzina, yang
mengajak itu memiliki fisik yang bagus dan kedudukan yang tinggi. Tapi yang
diajak itu menjawab, “Aku takut kepada Allah Swt”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Rasa takut itu pula yang dapat mencegah
manusia terjerumus ke dalam perbuatan mengikuti hawa nafsu,
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ
عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran
Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya
syurgalah tempat tinggal(nya)”. (Qs. an-Nazi’at [79]: 40-41).
Kedua, berbagi kepada sesama manusia.
Setelah merasakan sakitnya lapar, di
saat berbuka kita berbagi makanan kepada sesama. Mari kita jaga semangat
berbagi itu. Saat ini banyak orang tidak memperdulikan saudaranya. Keimanan
seseorang diukur dari sikap empatinya kepada saudaranya,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ
لِأَخِيهِ أَوْ قَالَ لِجَارِهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Kamu tidak beriman, hingga kamu
menyayangi saudaramu seperti menyayangi diri sendiri”. (HR. al-Bukhari dan
Muslim).
Orang yang mengaku beriman, tapi
tidak mau berbagi, maka diragukan keimanannya,
ليس بالمؤمن الذى يبيت شبعانا وجاره جائع إلى
جنبه
“Bukan orang beriman, orang yang sanggup
tidur dalam keadaan kenyang, sedangkan tetangganya di sampingnya dalam keadaan
lapar”. (HR. al-Hakim).
Ketiga, qiyamullail.
Bangun malam amat sangat sulit, tapi
selama Ramadhan ini kita bangun malam. Bukan hanya untuk makan sahur. Tapi
untuk melaksanakan Qiyamullail. Allah Swt berfirman,
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً
لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke
tempat yang terpuji”. (Qs. al-Isra’ [17]: 79). Surga dijanjikan Allah Swt untuk orang yang
melaksanakan tahajjud di waktu malam,
أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ
وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ
بِسَلَامٍ
“Wahai manusia, tebarkanlah salam,
berilah makanan kepada orang miskin, sambunglah silaturrahim, shalatlah di
waktu malam ketika orang banyak tidur, maka kamu akan masuk surga dengan
selamat”. (HR. at-Tirmidzi).
Keempat, membaca al-Qur’an.
Kita khatamkan al-Qur’an di bulan
Ramadhan, bukan berarti setelah Ramadhan kita meninggalkan al-Qur’an. Karena
al-Qur’an adalah penyembuh hati yang sempit,
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ
وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. al-Isra’ [17]: 82).
Al-Qur’an akan menjadi penolong di
hari kiamat, saat anak dan harta tidak lagi berguna,
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ
الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
“Bacalah al-Qur’an, karena
sesungguhnya al-Qur’an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat
bagi orang-orang yang membacanya”. (HR. Muslim).
Kelima, menyambung Silaturrahim.
Setiap malam kita bertemu dengan
keluarga, teman dan sahabat selama Ramadhan. Dalam tarawih dan tadarus.
Hubungan baik dengan keluarga kita lanjutkan dalam Silaturrahim. Hubungan baik
dengan sahabat kita lanjutkan dalam Ukhuwwah Islamiyyah. Rasulullah Saw
bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ
وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang ingin dilapangkan
rezekinya, dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturrahim”.
(HR. al-Bukhari dan Muslim).
Sebaliknya, orang-orang yang memutus
silaturrahim. Maka Rasulullah Saw memberikan ancaman,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ
“Orang yang memutuskan silaturrahim
tidak akan masuk surga”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Hubungan yang baik dapat mengampuni
dosa-dosa, sebagaimana sabda Rasulullah Saw,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ
فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَا
“Dua orang muslim yang bertemu,
bersalaman, Allah mengampuni dosa-dosa mereka berdua sebelum mereka berpisah”.
(HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Mengawali ibadah itu
sulit, namun ada yang lebih sulit, yaitu istiqomah dalam ibadah.
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ حَدِّثْنِي بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ
قَالَ قُلْ رَبِّيَ اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقِم
Sufyan bin Abdillah at-Tsaqafi
berkata, “Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku sesuatu agar aku berpegang
teguh dengan itu”. Rasulullah Saw menjawab, “Katakanlah, ‘Tuhanku Allah,
kemudian istiqomahlah”. (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Allah Swt menjanjikan
balasan untuk orang-orang yang istiqomah,
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا
وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah
Allah" kemudian mereka istiqomah (meneguhkan pendirian mereka), maka
malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut
dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu”. (Qs. Fusshilat [41]: 30). Maka untuk istiqomah, kita
lanjutkan nilai-nilai Ramadhan di luar Ramadhan.
Semua kembali kepada
kita, mari kita jadikan puasa yang telah kita laksanakan itu sebagai ibadah yang
dapat membentuk diri kita, mengampuni dosa-dosa kita, melipatgandakan balasan
amal ibadah kita dan balasan kebaikan untuk kita. Semoga kita termasuk
orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang mendapatkan ampunan dari Allah SWT,
amin ya Robbal’alamin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ الآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ
كَبِيْراً، وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
وَاللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ،
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ، فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ، وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ، وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ
بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى، يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ،
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ، اَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان
وَعَلِى، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا
مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ، وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ،
اَْلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ،اللهُمَّ
اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ اَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ
كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَا
الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْن وَفي مَشَارِقِ الأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَباَءَ وَالْفَحْشَاءَ
وَالْمُنْكَرَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ
اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ،
وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَر وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah berkomentar di laman blog kami