*FILOSOFI SANTRI DARI MAKNA KATA DAN
PERILAKU YANG PERLU DITELADANI*
Jika dalam
dunia filsafat pendidikan muncul dan berkembang berbagai paradigma hasil
pemikiran, maka dalam konteks keagamaan juga terdapat banyak filosofi. Salah
satu diantaranya adalah filosofi santri yang muncul dari berbagai cara pandang.
Dilihat dari
aspek ajaran dan doktrin serta historisnya, filosofi santri adalah pandangan
hidup tentang seluruh sistem kepercayaan dan keyakinan santri. Filosofi santri
terkait erat dengan makna yang terkandung dalam definisi dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang.
Santri sebagai seseorang yang belajar ilmu agama
di pesantren, namun ternyata oleh beberapa kalangan, kata santri juga sering
diartikan dengan berbagai makna filosofis yang diambil dari segi bahasa. Dan
diantaranya adalah sebagai berikut yang saya kumpulkan dari berbagai sumber:
Bersumber dari berbagai referensi, kami sajikan filosofi
santri dalam beberapa perspektif, yaitu sebagai berikut:
*Filosofi
Santri Secara Gramatikal*
Kata "santri" jika
dalam beberapa jenis tulisan dapat dijabarkan dalam berbagai versi latin maupun
hijaiyah. Masing-masing memiliki jumlah huruf sekaligus karakter yang dapat
diterjemahkan secara gramatikal. Berikut ini beberapa filosofi santri dilihat
dari karakter huruf dan diterjemahkan secara gramatikal:
Filosofi Santri Dari Perspektif Arti dan Makna Secara
Gramatikal dalam 4 (Empat) Hurufnya Deskripsi
atau PenjabaranArti dan Makna Gramatikal
1. Sin (س) Satrul al aurahMenutup aurat
2. Nun (ﻥ) Naibul ulama’Wakil dari ulama’
3. Ta (ت) Tarku al ma’ashiMeninggalkan kemaksiatan
4. Ra (ﺭ) Raisul ummahPemimpin ummat
Filosofi Santri Dari
Perspektif Arti dan Makna Secara Gramatikal dalam 5 (Lima) Hurufnya PenjabaranArti
dan Makna Gramatikal
1. Sin س) ) (سافق الخير )
Pelopor Kebaikan. Santri menjadi pelopor dan pemimpin
kebaikan di daerahnya masing-masing dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar.
2. Nun (ﻥ) (نَاسِبُ العُلَمَاءِ )
Penerus Ulama. Santri yang
mendedikasikan ilmunya untuk masyarakat menjadi kader untuk meneruskan
perjuangan ulama.
3. Ta ت) ) (تَارِكُ الْمَعَاصِى )
Orang yang meninggalkan maksiat. Santri yang
mengamalkan ilmunya untuk beribadah jauh dan berupaya menghapus maksiat.
4. Ra ( ﺭ ) رِضَى الله))
Ridho Allah. Sepanjang aktivitasnya dalam mencari dan
mengamalkan ilmunya, santri berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan ridho
dari Allah.
5. Ya ي) ) (اَلْيَقِيْنُ)
Keyakinan. Santri memiliki keyakinan besar terhadap aqidah
dan optimisme dalam mencapai kesuksesan hidup.
.Filosofi Santri Dari Perspektif
Arti dan Makna Secara Gramatikal dalam 6 (Enam) Hurufnya PenjabaranArti dan Makna Gramatikal
1. Satir al-‘uyub wa al-aurat : Menutup aib (sendiri maupun orang lain) dan
aurat
2. Aaminun fil amanah : Dapat dipercaya dalam megemban amanat
3. Nnafi’ al-‘ilmi : Bermanfaat ilmunya
4. Ttark al-ma’siat : Meninggalkan maksiat
5. Rridho bi masyiatillah : Ridho dengan apa yang diberikan Allah
6. Ikhlasun
fi jami’ al-af’al : Ikhlas
dalam setiap perbuatan
*Filosofi
Santri (Sun Three: Iman, Islam, dan Ihsan)*
Istilah santri jika ditinjau dari sudut bahasa
memiliki banyak nilai filosofi sehingga selalu ada yang dapat dikaitkan dengan
kata santri tersebut. Contoh konkretnya adalah upaya mengaitkan antara
kata santri yang dianggap merupakan gabungan dari dua istilah dalam bahasa
Inggris, yaitu "sun" dan "three".
Jika diterjemahkan secara leksikal, kata
"sun" berarti matahari dan "three" sama dengan tiga,
sehingga bila digabungkan, kata santri memiliki makna "tiga
matahari".
Sedangkan ditinjau
dari makna gramatikalnya, maksud "tiga matahari" dalam kata sunthree
adalah tiga pondasi yang harus dimiliki oleh seorang santri, yaitu: *Iman, Islam, dan Ihsan*. Ketiga poin tersebut
merupakan ikon penerang pada keyakinan nyata, luhur, dan suci yang meliputi:
Iman, merupakan keyakinan
terhadap keesaan Allah SWT, keberadaan malaikat, kitab, nabi, dan hari kiamat
serta qodlo dan qodar.
Islam, berpegang teguh kepada rukun yang menjadi
aturan dasar, yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji.
Ihsan, berati melakukan tindakan, terutama dalam
beribadah, dengan perasaan ikhlas karena senantiasa dilihat oleh Allah.
Pengetahuan
tentang Iman, Islam, dan Ihsan dapat dipelajari melalui pondok pesantren
ataupun di madrasah dengan menjadi santri sebagai peserta didik. Konsep
filosofi dari terjemahan "sun three" ini diharapkan senantiasa dapat
menjadi pedoman bagi santri yang berkewajiban mengamalkannya.
*Filosofi
Santri Sebagai Paku Pada Konstruksi Bangunan*
Santri harus memiliki fungsi dan
mampu berperan seperti paku dalam sebuah bangunan. Meskipun kecil, namun paku
bermanfaat sangat besar dalam proses pembangunan maupun mempertahankan
bangunan.
Pada sebuah
bangunan, paku dapat menjadi media untuk menggabungkan beberapa komponen
ataupun elemen bertaut menjadi satu. Paku akan lebih efektif bekerja dan
bermanfaat jika dipukul menggunakan palu. Saat bangunan sudah jadi dan berdiri
tegak, tidak ada yang memuji paku karena tidak terlihat (telah menyatu) dengan
bagian yang dipersatukannya. Saat paku terlihat menonjol, paku itu akan dipukul
hingga rata lagi dengan bagian lainnya.
Inti dari filosofi santri yang
dinalogikan sebagai paku pada konstruksi bangunan adalah menjadi insan yang
bermanfaat bagi orang lain dengan kapasitas dan kemampuannya. Kepribadian santri dengan filosofi hidup
seperti paku yang diharapkan adalah tetap bermanfaat meskipun disepelekan,
mampu berbaur dan peduli kepada masyarakat.
Santri harus
dapat menjadi aktor intelektual yang menjadi pemersatu tanpa harus tampak di
depan. Santri tidak mencari pujian manusia untuk mencapai damai dan
ketentraman, karena tujuannya mendapat ridlo Allah Ta'ala.
Beberapa poin yang dapat diambil
hikmah dari filosofi "Santri Sebagai Paku" pada konstruksi bangunan
adalah:
1.
Meskipun diremehkan, namun
harus tetap bermanfaat;
2.
Meskipun kecil, namun harus
bisa memperkuat;
3.
Meskipun ditekan, namun
harus bisa menyatukan;
4.
Berbaur dengan masyarakat
tanpa harus mendominasi.
Jadi, meskipun kecil, diremehkan, ditekan (dipalu), dan tidak boleh
menonjol, santri tetap harus memberikan manfaat untuk kebersamaan.
Filosofi
Santri (Sabar Ngantri) Sebagai Pewaris Tradisi Pengadopsi Modernisasi yang
Positif
Kata "santri" dapat diterjemahkan dalam banyak perspektif dan
memiliki varian makna yang beragam serta unik. Selain gramatikal maupun leksikal, kata santri juga dapat
diterjemahkan secara bebas dalam bentuk akronim “sabar ngantri”. Sifat sabar
diharapkan menjadi salah satu tingkah laku pokok dalam kehidupan sesorang
santri. Sabar dalam kehidupan santri dapat diartikan sebagai kemampuan efektif
untuk mengendalikan hawa nafsu yang timbul pada dirinya dan orang lain.
Selama proses
pendidikannya di pesantren, santri dibiasakan untuk menjalani pola hidup
sederhana, taat beribadah, dan hormat kepada pengasuh, ustad, dan kyiai pondok.
Periode ini merupakan masa bagi santri untuk melatih kesabaran sebagai upaya
menentukan prospek di masa depan. Santri
menerima warisan berupa estafet untuk mempertahankan ruh salaf dari para
pendahulunya, sekaligus memperkaya pemahaman khazanah klasik agar mampu
bersaing di masa mendatang. Aktualisasi dari filosofi "sabar
ngantri", mendorong santri melahirkan pemikiran dinamis, gerakan strategis
yang berkelanjutan untuk generasi berikutnya sesuai tantangan zaman yang
dihadapinya.
*Filosofi
Santri Berkarakter Kayu Jati*
Proses
penempaan santri selama menempuh pendidikan di pesantren yang merupakan bagian
dari penguatan karakter agar kelak dapat memimpin masyarakat. Proses perjalanan
hidup di pesantren yang mandiri dan sederhana, Santri harus memiliki karakter baik dan kuat seperti pohon jati
yang berkualitas meski hidup di tanah yang gersang.
Kurikulum
pendidikan dan kultur kehidupan di pesantren memberikan pengetahuan, mengasah
kecerdasan, dan membentuk pribadi antri berkarakter islami yang cerdas.
Kecerdesan yang diharapkan bukan hanya berkaitan dengan kemampuan menghapal
ataupun memahami pengetahuan, namun juga meliputi keahlian dalam handling
problem untuk menyelesaikan masalah.
*Filosofi
Santri Sebagai Manusia Lahir-Batin.*
Pada dasarnya
manusia terdiri atas dua dimensi yang berintegrasi, yakni dimensi lahir dan
dimensi batin. Dimensi lahir mencakup aspek-aspek kehidupan yang bersifat
indrawi, kasat mata, dan logis seperti daya intelektual, kemampuan keterampilan
(skill), etos kerja, prestasi dan lain-lain. Sedangkan dimensi batin mencakup
hal-hal yang tidak kasat mata, seperti moralitas dan spiritualitas.