Khutbah Idul Adha Dimasa Pandemi Covid-19
By : M. Isro’ Zainuddin
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ
اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ
وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ
إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ
أَمَاتَ وَ أَحْيَى. وَأَمَرَنَا
بِالتَّقْوَى وَ نَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ
جَعَلَ لَنَا عِيْدَ الْفِطْرِ وَ اْلأَضْحَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ
اللهُ نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ
الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَ
مَنْ يُنْكِرْهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا. وَ صَلَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا
وَ حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الْهُدَى، الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ
عَنْ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى، وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ
أَهْلِ الصِّدقِ وَ الْوَفَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَنْ اِتَّبَعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْجَزَا. أَمَّا بَعْدُ:
فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان،
أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ،
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَلِلَّهِ عَلَى
النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ
فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ. وقَالَ أَيْضاً إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ
الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.
صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jamaah shalat Idul Adha
hadâkumullâh,
Ada dua peristiwa penting yang
tidak bisa lepas dari Hari Raya Idul Adha. Kedua peristiwa tersebut adalah
ibadah Haji dan Kurban. Namun pada situasi saat ini, kedua ibadah tersebut
harus dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum
mereda. Tentunya ketentuan Allah subhanahu wata'ala ini tidak boleh serta merta
menurunkan semangat spiritual kita sebagai umat Islam. Kita harus meyakini
bahwa selalu ada hikmah besar yang terkandung dari setiap ketetapan yang
diberikan oleh Allah subhanahu wata'ala.
Seperti kita ketahui bersama, akibat pandemi
Covid-19 yang mewabah di berbagai penjuru dunia. Jamaah Haji Indonesia tahun
2020 tidak diberangkatkan ke Tanah Suci. Hal ini dilakukan pemerintah untuk
menjaga keselamatan jiwa jamaah dari tertular virus Corona. Pemerintah Arab
Saudi pun tidak mengizinkan jamaah dari luar negeri untuk menjalankan rukun Islam
kelima ini. Hanya warga Arab Saudi dan warga Asing yang berada di Arab Saudi
saja yang diperkenankan melaksanakan ibadah Haji. Dan itu pun dengan pembatasan
jumlah dan peraturan yang sangat ketat..
Ma’asyiral
muslimin siding ‘id Ra’a kumullah
Di pagi yang cerah dan khidmat ini teriring gema takbir,
tahmid, tahlil dan tasbih yang berkumandang sepanjang malam hingga pagi hari
ini, semoga bisa menggugah dan membangkitkan semangat dalam menjalankan
perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-laranga-Nya. Apabila
kita ingin berbahagia, beruntung dan selamat dunia maupun akhirat maka marilah
kita tingkatkan ketaqwaan dan keimanan kepada Allah SWT.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ
الْحَمْدُ
Dalam perkara taqwa ataupun ketaatan kepada Allah, Nabi
Ibrahimlah yang sangat pantas untuk dijadikan suri tauladan bagi kita semua,
karena Nabi Ibrahim mendapat cobaan atau ujian dari Allah sangat banyak dan
beragam. Meskipun terasa amat berat dirasakan, namun segala macam
printah-Nya dilaksanakan dengan ikhlas dan sempurna tanpa cacat sedikitpun,
seperti disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 124: Dan
* ÏÎ)ur #n?tFö/$# zO¿Ïdºtö/Î) ¼çm/u ;M»uKÎ=s3Î/ £`ßg£Js?r'sù ( tA$s% ÎoTÎ) y7è=Ïæ%y` Ĩ$¨Y=Ï9 $YB$tBÎ) ( tA$s% `ÏBur ÓÉLÍhè ( tA$s% w ãA$uZt Ïôgtã tûüÏJÎ=»©à9$# ÇÊËÍÈ ø
(ingatlah),
ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan),
lalu Ibrahim menunaikannya (dengan sempurna).
Diantara
ujian yang berat yaitu ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim agar menyembelih
putra tercinta yaitu Nabi Ismail ’Alaihi salam. Apapun resikonya, karena itu
perintah Allah SWT, maka Nabi Ibrahim rela mengorbankan putranya, Nabi Ismail
pun menunjukan kesediaan untuk disembelih. Inilah bukti ketaatan dan kepasrahan
serta pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menyerahkan semua urusanya
kepada Allah SWT.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ
الْحَمْدُ
Pada Hari Raya ‘Idul Adha ini,
sesungguhnya umat Islam diajak untuk merenung kembali peristiwa tersebut,
artinya ketaatan, kepasrahan dan pengorbanan kepada Allah merupakan sikap yang
seharusnya dimiliki oleh setiap manusia. Sehingga Allah mengabadikan peristiwa
itu kepada umat-umat setelah Nabi Ibrahim Alaihissalam, terutama kepada Nabi
Muhammad SAW beserta umatnya melalui firman-Nya:
!$¯RÎ) »oYøsÜôãr& trOöqs3ø9$# ÇÊÈ Èe@|Ásù y7În/tÏ9 öptùU$#ur ÇËÈ cÎ) t¥ÏR$x© uqèd çtIö/F{$# ÇÌÈ
Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu sebuah surga di surga (nikmat yang banyak), Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah, Sesungguhnya orang-orang
yang membenci kamu Dialah yang terputus.
Hadirin
jamaah ‘Idul Adha Rohimakumulloh…
Turunya
ayat tersebut disebabkan adanya julukan “Abtar” dari
orang-orang Quraisy kepada Nabi Muhammad setelah putranya yang bernama Qosim
meninggal dunia. Nabipun teramat susah karena dianggap “Abtar”,
yang maksudnya putus, tidak punya keturunan laki-laki yang bisa melanjutkan
perjuanganya. Namun pada akhirnya Rasulullah bisa tersenyum setelah
diturunkanya surat Al-Kautsar tersebut dibarengi dengan keterangan yang jelas
bahwa sesungguhnya orang-orang yang benci kepada Rasulullah itulah yang
dimaksud “Abtar”, yaitu terputus dari rahmat Allah dan tidak punya
keturunan anak yang sholeh dan lain-lain.
Oleh karena itu
kami menghimbau kepada para hadirin, janganlah membenci kepada para pewaris
Nabi atau membenci para Ulama sebab dikhawatirkan akan terkena imbasnya, yakni
akan terputus dari rahmat Allah dan tidak mendapat keturunan yang
sholeh/sholehah.
Rasulullah
melaksanakan sholat ‘Idul Adha yang pertama pada tahun kedua Hijryah dengan
menyembelih hewan qurban, untuk melestarikan tradisi yang dicontohkan oleh Nabi
Ibrahim AS. Karena perbuatan yang paling disukai Allah pada hari Nahr adalah
qurban, seperti sabda Nabi:
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّخْرِ عَمَلًا اَحَبَّ اِلَى
اللهِ تَعَالَى مِنْ اِرَاقَةِ الدَّمِ. الحديث (رواه الحاكم وابن ماجه والترمدى)
Artinya: “Tidak ada
perbuatan manusia pada hari Nahr (10 dzul Hijjah) yang paling dicintai
Allah SWT dari pada mengalirkan darah (menyembelih hewan qurban)”
Adapun keutamaan-keutamaan menyembelih hewan qurban,
Rasulullah telah menjanjikan bahwa keutamaan menyembelih hewan qurban ialah
“BIKULI SYA’ROTIN HASANATAN” bahwa dari setiap helai bulu binatang qurban yang
disembelih akan mendapat pahala satu kebaikan. Kemudian dalam hadis lain Nabi
bersabda:
مَنْ ضَحَى طَيِّبَةً بِهَا نَفْسَهُ مُحْتَسِبًا اَجْرَهَا عَلَى
اللهِ كَانَتْ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ
Artinya: “Barang siapa
yang menyembelih qurban dengan baik dan rela hatinya mengharap pahala dari
Allah , maka qurbanya akan menjadi penutup baginya dari api neraka”.
Dalam hadis lain juga disebutkan yang artinya: “Agungkanlah
dan mulikanlah hewan qurbanmu sekalian, karena itu akan menjadi kendaraanmu di
atas Shiroth dan ingatlah bahwa sesungguhnya qurban itu bagian dari amal yang
bisa menyelamatkan pelakunya dari kejelekan hidup di dunia maupun di akhirat” sehingga
Rasulullah mewajibkan dirinya sendiri untuk berqurban lewat sabdanya:
ثَلاَثَةٌ هُنَّ عَلَيَّ فَرَائِضٌ وَهُنَّ لَكُمْ تَطَوُّعٌ,
اَلْوِتْرُ وَالنَّخْرُ وَصَلاَةُ الضُّحَى. (رواه احمد فى مسنده)
Artinya: “Ada tiga
hal yang bagiku (Nabi) adalah fardu dan bagi kamu sekalian adalah sunat
(mu’akad), yaitu: sholat witir, Nahr (berqurban) dan sholat Duha”
Sekalipun Rasulullah sudah pernah
melaksanakan qurban, namun selalu selalu menganjurkan qurban tiap tahunya:
يَااَيُّهَاالنَّاسُ, عَلَى كُلِّ أَهْلِ بَيْتٍ فِى كُلِّ عَامٍ
أُضْحِيَّةٌ – (رواه احمد وابن ماجه والترمدى)
Artinya: “Wahai sekalian
manusia: Upayakan bagi setiap-setiap rumah dalam setiap tahun ada yang
berqurban”
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ
الْحَمْدُ
Adapun hikmah disyariatkanya
qurban antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Menghidupkan warisan Kholilulloh
Ibrahim AS
2.
Untuk mensyukuri atas nimat Allah
dan karunianya yang teramat banyak serta mensyukuri atas keberadaan manusia
yang terus berkembang dari tahun ketahun
3.
Untuk melebur kejelekan-kejeleken
si qurban, yakni kejelekan yang berupa menyalahi aturan maupun kurang mematuhi
beberapa printah Allah SWT, sehingga dapat ampunan dari-Nya
4.
Memberi kesenangan keluarga dan
tetangga serta yang lainya agar ikut senang dengan adanya qurban dan lain
sebagainya.
Ibadah kurban itu merupakan washilah,
cara atau jalan untuk mencapai ketakwaan kepada Allah SWT, sedangkan penyemblihan kurban itu,
seolah-olah merupakan tindakan simbolis, bagaimana kita harus menundukkan dan
menguasai harta mengendalikan kecendrungan-kecendrungan hewani yang bersemayam
di dalam diri setiap manusia, yang dikenal dengan nafsu bahimah, sabu’iah, Nafsu-nafsu tersebut selalu menggejala dalam
bentuk keinginan- keinginan yang rendah, yang selalu mendorong dan menarik
manusia untuk berbuat kajahatan, kekejian dan kerusakan.
Nafsu bahimah, mencerminkan watak-watak binatang ternak, yang selalu
ingin hidup enak sendiri, hidupnya untuk memenuhi kebutuhan lahiriyah saja
tanpa memikirkan dan mau melakukan berjuang dijalan Allah dan tidak pula bagaimana supaya masyarakat
menjadi baik.
Sementara nafsu sabu’iah, mencerminkan watak binatang buas, mencerminkan keinginan untuk
hidup berkuasa sendiri, menang sendiri, dll. Usaha untuk menguasai dan
mengendalikan nafsu-nafsu tersebut merupakan suatu hal yang sangan asasi dalam
rangka membangun kehiduan yang manusiawi dan justru karena itulah usaha
tersebut merupakan jihad akbar. Ketidak mampuan manusia menundukkan, menguasai dan
mengendalikan kecendrungan-kecendrungan hewani atau nafsu bahimah,sabu’iah, tersebut
sangat membahayakan dirinya sendirinya dan juga bagi kehidupan orang lain
disekitarnya. Dalam realita kehidupan sering kita saksikan, bahwa kekacauan,
penyimpangan dan penyelewengan, kekejian dan kejahatan, koropsi dan manipulasi
yang terjadi dan bermunculan dalam kehidupan manusia adalah bersumber dari
ketidak mampuan manusia untuk menundukkan, menguasai dan mengendalikan nafsu bahimah, sabu’iah, tersebut. Sesungguhnya
keselamatan manusia baik sebagai individu maupun warga masyarakat, sungguh
sangat tergantung pada mampu tidaknya manusia menguasai dan mengendalikan
nafsu-nafsu tersebut.
Hadirin
jamaah ‘Idul Adha Rohimakumulloh…
Demikian mudah-mudahan yang menjadi panitia qurban atau
yang diberi amanat untuk mengurusi qurban bisa melaksanakan dengan baik dan
benar, begitu pula bagi peserta qurban, semoga ikhlas, hanya mencari ridlo
Allah SWT, mendapat balasan rizki yang lebih banyak lagi berkah, anak yang
sholih/sholihah, terhindar dari bala’ dan musibah, sehingga meningkat iman dan
ketakwanya kepada Allah SWT, amin ya robal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي
وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ
اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ ليْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II Idul Adha Dimasa Pandemi
Covid-19
By : M. Isro’ Zainuddin
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا x7 وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ
أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ
اْلحَمْدُ.
اْلحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ اْلأَعْيَادَ بِالْاَفْرَحِ وَالسُرُوْرِ,
وَضَاعَفَ لِلْمُتَّقِيْنَ جَزِيلَ اْلأُجُوْرِ, وَكَمَّلَ الضِّيَافَةَ فِيْ
يَوْمِ اْلعِيْدِ لِعُمُوْمِ اْلمُؤْمِنِيْنَ بِسَعْيِهِمُ اْلمَشْكُوْرِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ العفو الغفور,
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الَّذِيْ نَالَ مِنْ رَبِّهِ مَالَمْ يَنَلْهُ مَالِكٌ مُقَرَّبٌ وَلاَرَسُوْلٌ
مُطَهَّرٌ مَبْرُوْرٌ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍالنبي الأمي وعَلَى
اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ كَانُوْا يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ
وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ
.فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ, وَاعْلَمُوْا
ياَاِخْوَانِيْ رَحمَِكُمُ اللهُ اِنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ
يَتَجَلىَ الله ُفِيْهِ عَلَى عِبَادِهِ مِنْ كُلِّ مُقِيْمٍ وَمُسَافِرٍ
فَيُبَاهِيْ لَكُمْ مَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ وَبَرِكْ عَلَى ِ
سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَمَا بَرَكْتَ عَلَى
سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ فِي
اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
, اَللَّهُمَّ ارْضَ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى
بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ
وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ
عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ا
اَللَّهُمَّ اكْشفْ عَنَّا اْلبَلاَءَوَاْلغَلاَء َ وَاْلوَبَاءَ
وَفَحْشَاءَ وَاْلمُنْكَرِ وَالْبَغْيَ وَالشَّدَائِدَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا
خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
…