Senin, 26 Oktober 2020

Syair tentang Ringan Siksa Abu Lahab

 


Syair tentang Ringan Siksa Abu Lahab
*Al-Hafizd Syamsuddin Ibn Nasiruddin Addimasyqi*
salah seorang ulama dan juga penghafal hadits
Ada dikitab karangan imam Asyuthy
الكتاب : الحاوي للفتاوي للسيوطي

إذا كان هذا كافرا جاء ذمه #

بتبت يداه في الجحيم مخلدا

أتى انه يوم الإثنين دائما #

يخفف عنه للسرور بأحمدا

فما الظن بالعبد الذي طول عمره #

بأحمد مسرورا ومات موحدا

 

Jika orang kafir ini (abu lahab) dicela dalam surat "tabbat yadaa" ia kekal dalam neraka jahim..

Dalam satu hadist disebutkan bahwasanya setiap hari senin ia diringankan siksanya karena gembira mendengar kelahiran muhammad SAW..

Maka bagaimana dengan seorang hamba yang seluruh usianya merasa bahagia dan gembira dengan kelahiran muhammad SAW dan mati dalam keadaan membawa tauhid??


Rabu, 21 Oktober 2020

*FILOSOFI SANTRI DARI MAKNA KATA DAN PERILAKU YANG PERLU DITELADANI*

 




*FILOSOFI SANTRI DARI MAKNA KATA DAN PERILAKU YANG PERLU DITELADANI*

Jika dalam dunia filsafat pendidikan muncul dan berkembang berbagai paradigma hasil pemikiran, maka dalam konteks keagamaan juga terdapat banyak filosofi. Salah satu diantaranya adalah filosofi santri yang muncul dari berbagai cara pandang.

Dilihat dari aspek ajaran dan doktrin serta historisnya, filosofi santri adalah pandangan hidup tentang seluruh sistem kepercayaan dan keyakinan santri. Filosofi santri terkait erat dengan makna yang terkandung dalam definisi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.

Santri sebagai seseorang yang belajar ilmu agama di pesantren, namun ternyata oleh beberapa kalangan, kata santri juga sering diartikan dengan berbagai makna filosofis yang diambil dari segi bahasa. Dan diantaranya adalah sebagai berikut yang saya kumpulkan dari berbagai sumber:

Bersumber dari berbagai referensi, kami sajikan filosofi santri dalam beberapa perspektif, yaitu sebagai berikut:

*Filosofi Santri Secara Gramatikal*

Kata "santri" jika dalam beberapa jenis tulisan dapat dijabarkan dalam berbagai versi latin maupun hijaiyah. Masing-masing memiliki jumlah huruf sekaligus karakter yang dapat diterjemahkan secara gramatikal. Berikut ini beberapa filosofi santri dilihat dari karakter huruf dan diterjemahkan secara gramatikal:

Filosofi Santri Dari Perspektif Arti dan Makna Secara Gramatikal dalam 4 (Empat) Hurufnya Deskripsi atau PenjabaranArti dan Makna Gramatikal

1. Sin (س) Satrul al aurahMenutup aurat

2. Nun () Naibul ulama’Wakil dari ulama’

3. Ta (ت) Tarku al ma’ashiMeninggalkan kemaksiatan

4. Ra () Raisul ummahPemimpin ummat

 

 Filosofi Santri Dari Perspektif Arti dan Makna Secara Gramatikal dalam 5 (Lima) Hurufnya PenjabaranArti dan Makna Gramatikal

1. Sin  س) ) (سافق الخير )

Pelopor Kebaikan. Santri menjadi pelopor dan pemimpin kebaikan di daerahnya masing-masing dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar.

2. Nun  () (نَاسِبُ العُلَمَاءِ  )

Penerus Ulama. Santri yang mendedikasikan ilmunya untuk masyarakat menjadi kader untuk meneruskan perjuangan ulama.

3. Ta ت) ) (تَارِكُ الْمَعَاصِى )

 Orang yang meninggalkan maksiat. Santri yang mengamalkan ilmunya untuk beribadah jauh dan berupaya menghapus maksiat.

4. Ra (  ) رِضَى الله))

Ridho Allah. Sepanjang aktivitasnya dalam mencari dan mengamalkan ilmunya, santri berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan ridho dari Allah.

5. Ya ي) ) (اَلْيَقِيْنُ)

Keyakinan. Santri memiliki keyakinan besar terhadap aqidah dan optimisme dalam mencapai kesuksesan hidup.

 

.Filosofi Santri Dari Perspektif Arti dan Makna Secara Gramatikal dalam 6 (Enam) Hurufnya PenjabaranArti dan Makna Gramatikal

1. Satir al-‘uyub wa al-aurat : Menutup aib (sendiri maupun orang lain) dan aurat

2. Aaminun fil amanah : Dapat dipercaya dalam megemban amanat

3. Nnafi’ al-‘ilmi : Bermanfaat ilmunya

4. Ttark al-ma’siat : Meninggalkan maksiat

5. Rridho bi masyiatillah : Ridho dengan apa yang diberikan Allah

6. Ikhlasun fi jami’ al-af’al : Ikhlas dalam setiap perbuatan

 

*Filosofi Santri (Sun Three: Iman, Islam, dan Ihsan)*

Istilah santri jika ditinjau dari sudut bahasa memiliki banyak nilai filosofi sehingga selalu ada yang dapat dikaitkan dengan kata santri tersebut. Contoh konkretnya adalah upaya mengaitkan antara kata santri yang dianggap merupakan gabungan dari dua istilah dalam bahasa Inggris, yaitu "sun" dan "three".

 Jika diterjemahkan secara leksikal, kata "sun" berarti matahari dan "three" sama dengan tiga, sehingga bila digabungkan, kata santri memiliki makna "tiga matahari".

 

Sedangkan ditinjau dari makna gramatikalnya, maksud "tiga matahari" dalam kata sunthree adalah tiga pondasi yang harus dimiliki oleh seorang santri, yaitu: *Iman, Islam, dan Ihsan*. Ketiga poin tersebut merupakan ikon penerang pada keyakinan nyata, luhur, dan suci yang meliputi:

Iman, merupakan keyakinan terhadap keesaan Allah SWT, keberadaan malaikat, kitab, nabi, dan hari kiamat serta qodlo dan qodar.

Islam, berpegang teguh kepada rukun yang menjadi aturan dasar, yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji.

Ihsan, berati melakukan tindakan, terutama dalam beribadah, dengan perasaan ikhlas karena senantiasa dilihat oleh Allah.

Pengetahuan tentang Iman, Islam, dan Ihsan dapat dipelajari melalui pondok pesantren ataupun di madrasah dengan menjadi santri sebagai peserta didik. Konsep filosofi dari terjemahan "sun three" ini diharapkan senantiasa dapat menjadi pedoman bagi santri yang berkewajiban mengamalkannya.

*Filosofi Santri Sebagai Paku Pada Konstruksi Bangunan*

Santri harus memiliki fungsi dan mampu berperan seperti paku dalam sebuah bangunan. Meskipun kecil, namun paku bermanfaat sangat besar dalam proses pembangunan maupun mempertahankan bangunan.

Pada sebuah bangunan, paku dapat menjadi media untuk menggabungkan beberapa komponen ataupun elemen bertaut menjadi satu. Paku akan lebih efektif bekerja dan bermanfaat jika dipukul menggunakan palu. Saat bangunan sudah jadi dan berdiri tegak, tidak ada yang memuji paku karena tidak terlihat (telah menyatu) dengan bagian yang dipersatukannya. Saat paku terlihat menonjol, paku itu akan dipukul hingga rata lagi dengan bagian lainnya.

 

Inti dari filosofi santri yang dinalogikan sebagai paku pada konstruksi bangunan adalah menjadi insan yang bermanfaat bagi orang lain dengan kapasitas dan kemampuannya. Kepribadian santri dengan filosofi hidup seperti paku yang diharapkan adalah tetap bermanfaat meskipun disepelekan, mampu berbaur dan peduli kepada masyarakat.

Santri harus dapat menjadi aktor intelektual yang menjadi pemersatu tanpa harus tampak di depan. Santri tidak mencari pujian manusia untuk mencapai damai dan ketentraman, karena tujuannya mendapat ridlo Allah Ta'ala.

Beberapa poin yang dapat diambil hikmah dari filosofi "Santri Sebagai Paku" pada konstruksi bangunan adalah:

1.       Meskipun diremehkan, namun harus tetap bermanfaat;

2.       Meskipun kecil, namun harus bisa memperkuat;

3.       Meskipun ditekan, namun harus bisa menyatukan;

4.       Berbaur dengan masyarakat tanpa harus mendominasi.

Jadi, meskipun kecil, diremehkan, ditekan (dipalu), dan tidak boleh menonjol, santri tetap harus memberikan manfaat untuk kebersamaan.

Filosofi Santri (Sabar Ngantri) Sebagai Pewaris Tradisi Pengadopsi Modernisasi yang Positif

Kata "santri" dapat diterjemahkan dalam banyak perspektif dan memiliki varian makna yang beragam serta unik. Selain gramatikal maupun leksikal, kata santri juga dapat diterjemahkan secara bebas dalam bentuk akronim “sabar ngantri”. Sifat sabar diharapkan menjadi salah satu tingkah laku pokok dalam kehidupan sesorang santri. Sabar dalam kehidupan santri dapat diartikan sebagai kemampuan efektif untuk mengendalikan hawa nafsu yang timbul pada dirinya dan orang lain.

Selama proses pendidikannya di pesantren, santri dibiasakan untuk menjalani pola hidup sederhana, taat beribadah, dan hormat kepada pengasuh, ustad, dan kyiai pondok. Periode ini merupakan masa bagi santri untuk melatih kesabaran sebagai upaya menentukan prospek di masa depan. Santri menerima warisan berupa estafet untuk mempertahankan ruh salaf dari para pendahulunya, sekaligus memperkaya pemahaman khazanah klasik agar mampu bersaing di masa mendatang. Aktualisasi dari filosofi "sabar ngantri", mendorong santri melahirkan pemikiran dinamis, gerakan strategis yang berkelanjutan untuk generasi berikutnya sesuai tantangan zaman yang dihadapinya.

*Filosofi Santri Berkarakter Kayu Jati*

Proses penempaan santri selama menempuh pendidikan di pesantren yang merupakan bagian dari penguatan karakter agar kelak dapat memimpin masyarakat. Proses perjalanan hidup di pesantren yang mandiri dan sederhana, Santri harus memiliki karakter baik dan kuat seperti pohon jati yang berkualitas meski hidup di tanah yang gersang.

Kurikulum pendidikan dan kultur kehidupan di pesantren memberikan pengetahuan, mengasah kecerdasan, dan membentuk pribadi antri berkarakter islami yang cerdas. Kecerdesan yang diharapkan bukan hanya berkaitan dengan kemampuan menghapal ataupun memahami pengetahuan, namun juga meliputi keahlian dalam handling problem untuk menyelesaikan masalah.

*Filosofi Santri Sebagai Manusia Lahir-Batin.*

Pada dasarnya manusia terdiri atas dua dimensi yang berintegrasi, yakni dimensi lahir dan dimensi batin. Dimensi lahir mencakup aspek-aspek kehidupan yang bersifat indrawi, kasat mata, dan logis seperti daya intelektual, kemampuan keterampilan (skill), etos kerja, prestasi dan lain-lain. Sedangkan dimensi batin mencakup hal-hal yang tidak kasat mata, seperti moralitas dan spiritualitas.


Jumat, 02 Oktober 2020

Yudisium Dan Wisuda Program Pascasarjana Iain Samarinda Angkatan VIII Tahun 2020.

 Memory

 Yudisium Dan Wisuda Program Pascasarjana Iain Samarinda Angkatan VIII Tahun 2020. 

Yudisium Virtual Online

Hari Senin, 10 Shafar 1442 H. /

 28 September 2020 .

Wisuda 

Hari Selasa, 11 Shafar 1442 H. /

29 September 2020.


Kalau sudah mendapat Ijazah Ma'had *

Jangan banggakan ijazah kertas mengkilat*

Berusahalah Agar sampai mendapat* 

Ijazah termulia Ijazah Masyarakat*

(Wasiat renungan Masa karangan Maulana Syaikh)



M. ISRO' ZAINUDDIN,QH,S.Pd.I, M.Pd.
                                                M. ISRO' ZAINUDDIN,QH,S.Pd.I, M.Pd.
                                                M. ISRO' ZAINUDDIN,QH,S.Pd.I, M.Pd.

                                                M. ISRO' ZAINUDDIN,QH,S.Pd.I, M.Pd.
                                                M. ISRO' ZAINUDDIN,QH,S.Pd.I, M.Pd.
                                                M. ISRO' ZAINUDDIN,QH,S.Pd.I, M.Pd.
                                               M. ISRO' ZAINUDDIN,QH,S.Pd.I, M.Pd.


Minggu, 26 Juli 2020

Khutbah Idul Adha Dimasa Pandemi Covid-19 Isro'


Khutbah Idul Adha Dimasa Pandemi Covid-19
By : M. Isro’ Zainuddin
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ. 
 اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَاتَ وَ أَحْيَى.  وَأَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَ نَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ لَنَا عِيْدَ الْفِطْرِ وَ اْلأَضْحَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ  نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَ مَنْ يُنْكِرْهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا. وَ صَلَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَ حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الْهُدَى، الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ عَنْ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى، وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدقِ وَ الْوَفَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَنْ اِتَّبَعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْجَزَا. أَمَّا بَعْدُ:
 فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ. وقَالَ أَيْضاً إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ 
 Jamaah shalat Idul Adha hadâkumullâh,
           Ada dua peristiwa penting yang tidak bisa lepas dari Hari Raya Idul Adha. Kedua peristiwa tersebut adalah ibadah Haji dan Kurban. Namun pada situasi saat ini, kedua ibadah tersebut harus dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum mereda. Tentunya ketentuan Allah subhanahu wata'ala ini tidak boleh serta merta menurunkan semangat spiritual kita sebagai umat Islam. Kita harus meyakini bahwa selalu ada hikmah besar yang terkandung dari setiap ketetapan yang diberikan oleh Allah subhanahu wata'ala. 
 Seperti kita ketahui bersama, akibat pandemi Covid-19 yang mewabah di berbagai penjuru dunia. Jamaah Haji Indonesia tahun 2020 tidak diberangkatkan ke Tanah Suci. Hal ini dilakukan pemerintah untuk menjaga keselamatan jiwa jamaah dari tertular virus Corona. Pemerintah Arab Saudi pun tidak mengizinkan jamaah dari luar negeri untuk menjalankan rukun Islam kelima ini. Hanya warga Arab Saudi dan warga Asing yang berada di Arab Saudi saja yang diperkenankan melaksanakan ibadah Haji. Dan itu pun dengan pembatasan jumlah dan peraturan yang sangat ketat..
Ma’asyiral muslimin siding ‘id Ra’a kumullah
                                                                                                            
Di pagi yang cerah dan khidmat ini teriring gema takbir, tahmid, tahlil dan tasbih yang berkumandang sepanjang malam hingga pagi hari ini, semoga bisa menggugah dan membangkitkan semangat dalam menjalankan perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-laranga-Nya. Apabila kita ingin berbahagia, beruntung dan selamat dunia maupun akhirat maka marilah kita tingkatkan ketaqwaan dan keimanan kepada Allah SWT.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Dalam perkara taqwa ataupun ketaatan kepada Allah, Nabi Ibrahimlah yang sangat pantas untuk dijadikan suri tauladan bagi kita semua, karena Nabi Ibrahim mendapat cobaan atau ujian dari Allah sangat banyak dan beragam. Meskipun terasa amat berat dirasakan, namun segala macam printah-Nya dilaksanakan dengan ikhlas dan sempurna tanpa cacat sedikitpun, seperti disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 124: Dan
* ÏŒÎ)ur #n?tFö/$# zO¿Ïdºtö/Î) ¼çmš/u ;M»uKÎ=s3Î/ £`ßg£Js?r'sù ( tA$s% ÎoTÎ) y7è=Ïæ%y` Ĩ$¨Y=Ï9 $YB$tBÎ) ( tA$s% `ÏBur ÓÉL­ƒÍhèŒ ( tA$s% Ÿw ãA$uZtƒ Ïôgtã tûüÏJÎ=»©à9$# ÇÊËÍÈ   ø
 (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya (dengan sempurna).
Diantara ujian yang berat yaitu ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim agar menyembelih putra tercinta yaitu Nabi Ismail ’Alaihi salam. Apapun resikonya, karena itu perintah Allah SWT, maka Nabi Ibrahim rela mengorbankan putranya, Nabi Ismail pun menunjukan kesediaan untuk disembelih. Inilah bukti ketaatan dan kepasrahan serta pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menyerahkan semua urusanya kepada Allah SWT.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Pada Hari Raya ‘Idul Adha ini, sesungguhnya umat Islam diajak untuk merenung kembali peristiwa tersebut, artinya ketaatan, kepasrahan dan pengorbanan kepada Allah merupakan sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia. Sehingga Allah mengabadikan peristiwa itu kepada umat-umat setelah Nabi Ibrahim Alaihissalam, terutama kepada Nabi Muhammad SAW beserta umatnya melalui firman-Nya: 
!$¯RÎ) š»oYøsÜôãr& trOöqs3ø9$# ÇÊÈ   Èe@|Ásù y7În/tÏ9 öptùU$#ur ÇËÈ   žcÎ) št¥ÏR$x© uqèd çŽtIö/F{$# ÇÌÈ  
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah surga di surga  (nikmat yang banyak), Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah, Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus.
Hadirin jamaah ‘Idul Adha Rohimakumulloh…
Turunya ayat tersebut disebabkan adanya julukan “Abtar” dari orang-orang Quraisy kepada Nabi Muhammad setelah putranya yang bernama Qosim meninggal dunia. Nabipun teramat susah karena dianggap “Abtar”, yang maksudnya putus, tidak punya keturunan laki-laki yang bisa melanjutkan perjuanganya. Namun pada akhirnya Rasulullah bisa tersenyum setelah diturunkanya surat Al-Kautsar tersebut dibarengi dengan keterangan yang jelas bahwa sesungguhnya orang-orang yang benci kepada Rasulullah itulah yang dimaksud “Abtar”, yaitu terputus dari rahmat Allah dan tidak punya keturunan anak yang sholeh dan lain-lain.
 Oleh karena itu kami menghimbau kepada para hadirin, janganlah membenci kepada para pewaris Nabi atau membenci para Ulama sebab dikhawatirkan akan terkena imbasnya, yakni akan terputus dari rahmat Allah dan tidak mendapat keturunan yang sholeh/sholehah.
Rasulullah melaksanakan sholat ‘Idul Adha yang pertama pada tahun kedua Hijryah dengan menyembelih hewan qurban, untuk melestarikan tradisi yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS. Karena perbuatan yang paling disukai Allah pada hari Nahr adalah qurban, seperti sabda Nabi:
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّخْرِ عَمَلًا اَحَبَّ اِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ اِرَاقَةِ الدَّمِ. الحديث (رواه الحاكم وابن ماجه والترمدى)
Artinya: “Tidak ada perbuatan manusia pada hari Nahr (10 dzul Hijjah) yang  paling dicintai Allah SWT dari pada mengalirkan darah (menyembelih hewan qurban)”
Adapun keutamaan-keutamaan menyembelih hewan qurban, Rasulullah telah menjanjikan bahwa keutamaan menyembelih hewan qurban ialah “BIKULI SYA’ROTIN HASANATAN” bahwa dari setiap helai bulu binatang qurban yang disembelih akan mendapat pahala satu kebaikan. Kemudian dalam hadis lain Nabi bersabda:
مَنْ ضَحَى طَيِّبَةً بِهَا نَفْسَهُ مُحْتَسِبًا اَجْرَهَا عَلَى اللهِ كَانَتْ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ
Artinya: “Barang siapa yang menyembelih qurban dengan baik dan rela hatinya mengharap pahala dari Allah , maka qurbanya akan menjadi penutup baginya dari api neraka”.
Dalam hadis lain juga disebutkan yang artinya: “Agungkanlah dan mulikanlah hewan qurbanmu sekalian, karena itu akan menjadi kendaraanmu di atas Shiroth dan ingatlah bahwa sesungguhnya qurban itu bagian dari amal yang bisa menyelamatkan pelakunya dari kejelekan hidup di dunia maupun di akhirat” sehingga Rasulullah mewajibkan dirinya sendiri untuk berqurban lewat sabdanya:
ثَلاَثَةٌ هُنَّ عَلَيَّ فَرَائِضٌ وَهُنَّ لَكُمْ تَطَوُّعٌ, اَلْوِتْرُ وَالنَّخْرُ وَصَلاَةُ الضُّحَى. (رواه احمد فى مسنده)
 Artinya: “Ada tiga hal yang bagiku (Nabi) adalah fardu dan bagi kamu sekalian adalah sunat (mu’akad), yaitu: sholat witir, Nahr (berqurban) dan sholat Duha”
Sekalipun Rasulullah sudah pernah melaksanakan qurban, namun selalu selalu menganjurkan qurban tiap tahunya:
 يَااَيُّهَاالنَّاسُ, عَلَى كُلِّ أَهْلِ بَيْتٍ فِى كُلِّ عَامٍ أُضْحِيَّةٌ – (رواه احمد وابن ماجه والترمدى)
Artinya: “Wahai sekalian manusia: Upayakan bagi setiap-setiap rumah dalam setiap tahun ada yang berqurban”
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Adapun hikmah disyariatkanya qurban antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Menghidupkan warisan Kholilulloh Ibrahim AS
2.      Untuk mensyukuri atas nimat Allah dan karunianya yang teramat banyak serta mensyukuri atas keberadaan manusia yang terus berkembang dari tahun ketahun
3.      Untuk melebur kejelekan-kejeleken si qurban, yakni kejelekan yang berupa menyalahi aturan maupun kurang mematuhi beberapa printah Allah SWT, sehingga dapat ampunan dari-Nya
4.      Memberi kesenangan keluarga dan tetangga serta yang lainya agar ikut senang dengan adanya qurban dan lain sebagainya.

Ibadah kurban itu merupakan washilah, cara atau jalan untuk mencapai ketakwaan kepada Allah  SWT, sedangkan penyemblihan kurban itu, seolah-olah merupakan tindakan simbolis, bagaimana kita harus menundukkan dan menguasai harta mengendalikan kecendrungan-kecendrungan hewani yang bersemayam di dalam diri setiap manusia, yang dikenal dengan nafsu bahimah, sabu’iah, Nafsu-nafsu tersebut selalu menggejala dalam bentuk keinginan- keinginan yang rendah, yang selalu mendorong dan menarik manusia untuk berbuat kajahatan, kekejian dan kerusakan.


Nafsu bahimah, mencerminkan watak-watak binatang ternak, yang selalu ingin hidup enak sendiri, hidupnya untuk memenuhi kebutuhan lahiriyah saja tanpa memikirkan dan mau melakukan berjuang dijalan Allah  dan tidak pula bagaimana supaya masyarakat menjadi baik.
Sementara nafsu sabu’iah, mencerminkan watak binatang buas, mencerminkan keinginan untuk hidup berkuasa sendiri, menang sendiri, dll. Usaha untuk menguasai dan mengendalikan nafsu-nafsu tersebut merupakan suatu hal yang sangan asasi dalam rangka membangun kehiduan yang manusiawi dan justru karena itulah usaha tersebut merupakan jihad akbar. Ketidak mampuan manusia menundukkan, menguasai dan mengendalikan kecendrungan-kecendrungan hewani atau nafsu bahimah,sabu’iah,  tersebut sangat membahayakan dirinya sendirinya dan juga bagi kehidupan orang lain disekitarnya. Dalam realita kehidupan sering kita saksikan, bahwa kekacauan, penyimpangan dan penyelewengan, kekejian dan kejahatan, koropsi dan manipulasi yang terjadi dan bermunculan dalam kehidupan manusia adalah bersumber dari ketidak mampuan manusia untuk menundukkan, menguasai dan mengendalikan nafsu bahimah, sabu’iah,  tersebut. Sesungguhnya keselamatan manusia baik sebagai individu maupun warga masyarakat, sungguh sangat tergantung pada mampu tidaknya manusia menguasai dan mengendalikan nafsu-nafsu tersebut.
Hadirin jamaah ‘Idul Adha Rohimakumulloh…
Demikian mudah-mudahan yang menjadi panitia qurban atau yang diberi amanat untuk mengurusi qurban bisa melaksanakan dengan baik dan benar, begitu pula bagi peserta qurban, semoga ikhlas, hanya mencari ridlo Allah SWT, mendapat balasan rizki yang lebih banyak lagi berkah, anak yang sholih/sholihah, terhindar dari bala’ dan musibah, sehingga meningkat iman dan ketakwanya kepada Allah SWT, amin ya robal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ ليْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ






Khutbah II Idul Adha Dimasa Pandemi Covid-19
By : M. Isro’ Zainuddin
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا x7   وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اْلحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ اْلأَعْيَادَ بِالْاَفْرَحِ وَالسُرُوْرِ, وَضَاعَفَ لِلْمُتَّقِيْنَ جَزِيلَ اْلأُجُوْرِ, وَكَمَّلَ الضِّيَافَةَ فِيْ يَوْمِ اْلعِيْدِ لِعُمُوْمِ اْلمُؤْمِنِيْنَ بِسَعْيِهِمُ اْلمَشْكُوْرِ.  وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ العفو الغفور,
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ نَالَ مِنْ رَبِّهِ مَالَمْ يَنَلْهُ مَالِكٌ مُقَرَّبٌ وَلاَرَسُوْلٌ مُطَهَّرٌ مَبْرُوْرٌ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍالنبي الأمي وعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ كَانُوْا يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ 
.فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ, وَاعْلَمُوْا ياَاِخْوَانِيْ رَحمَِكُمُ اللهُ اِنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ يَتَجَلىَ الله ُفِيْهِ عَلَى عِبَادِهِ مِنْ كُلِّ مُقِيْمٍ وَمُسَافِرٍ فَيُبَاهِيْ لَكُمْ مَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
 اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ وَبَرِكْ عَلَى ِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَمَا بَرَكْتَ عَلَى سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ فِي اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
, اَللَّهُمَّ ارْضَ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ا
اَللَّهُمَّ اكْشفْ عَنَّا اْلبَلاَءَوَاْلغَلاَء َ وَاْلوَبَاءَ وَفَحْشَاءَ وَاْلمُنْكَرِ وَالْبَغْيَ وَالشَّدَائِدَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي
 يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ