Kamis, 12 Oktober 2017

SUPAYA QUAT TAHAN LAMA

Agar  Bisa Tahan TEMPUR Hingga Lima Jam Insya ALLAH

Berikut ini caranya yang pertama:
Wudlu
Shalat Hajat 2 Rakaat (Rakaat pertama surat al-Falaq dan rakaat kedua surat an-Naas)
Selesai salam, duduk bersila dan pejamkan mata serta tarik nafas panjang lalu baca dalam hati kalimat ini:
" Yaa hayyu ya qoyyumu" 27 kali tanpa nafas. Keluarkan nafas pelan-pelan.

Tarik nafas panjang kedua kalinya sambil baca lagi:
" Yaa Qowiyyu Ya Matin " 27 kali tanpa nafas. Keluarkan nafas pelan-pelan.

Ulangi, tarik nafas ketiga lebih dalam lagi sambil membaca: Yaa dzal jalali wal ikrom 27 kali.
Keluarkan nafas pelan-pelan.
Akhiri dengan membaca doa:
"Bismillahirrohmanirrohim
Wal Hamdu Lillahi Robbil 'Alamin
was Sholatu was Salamu 'alaa Sayyidina Muhammadin wa 'Alaa Aalihi wa Shohbihi Ajma'in.
Allahumma ya Hayyu ya Qoyyum Aqim Dzakari.
Ya Qowiyyu ya Matin, Qowwi jasadi.
Ya dzal jajali wal ikromi Akrim Maniyyi wa Manzili"

قال بعض العلماء : من أراد أن يجامع زوجته ولا ينزل سريعا فليتوضأ ويحسن وضوءه ثم يصلّ ركعتين ويقرأ في الركعة الأولى بعد الفاتحة سورة الفلق وفي الثانية سورة الناس، وبعد التسليم فليجلس مربعا ويغمض عينيه وليتنفس عميقا فليقل : يا حي يا قيوم سبعا وعشرين مرة بلا نفس، وليخرج نفسه ببطء، ثم ليقل : يا قوي يا متين سبعا وعشرين مرة بلا نفس ، ويفعل ذلك كما سبق، ثم ليقل : يا ذا الجلال والإكرام سبعا وعشرين مرة بلا نفس. ثم ليدع : بسم اللّه الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، اللهم يا حي يا قيوم أقم ذكري ، يا قوي يا متين قوّ جسدي ، يا ذا الجلال والإكرام أكرم منيي ومنزلي

Cara mudah kedua:
Tulis huruf Mim panjang seperti gambar di bawah ini lalu oleskan ke dzakarnya. Tunggu hingga 20-an menit, Insyallah akan terasa khasiatnya.

Ingat,yang di tulis hanya rajahnya bukan keterangan nya!!!

Kamis, 05 Oktober 2017

Masalah Mengqhodo' Shalat



Qadha shalat diwajibkan bagi siapapun yang meninggalkan shalat, baik sengaja maupun tidak. Untuk orang yang meninggalkan shalat secara sengaja, diwajibkan mengqadha shalat secepat mungkin (faur). Bahkan ia diharuskan mengerjakan shalat qadha terlebih dahulu, sebelum mengerjakan shalat wajib lainnya atau shalat sunah.

Misalnya, ketika ada yang secara sengaja meninggalkan shalat dzuhur dan waktunya sudah habis, ia diwajibkan untuk mengqadhanya sebelum menunaikan shalat ashar. Beda halnya dengan orang yang lupa atau ketiduran, mereka dianjurkan  untuk menyegerakan (wa yubadiru bihi nadban), dan tidak diwajibkan sebagaimana halnya orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja.

Kewajiban qadha ini mengukuhkan bahwa bagaimanapun dan dalam kondisi apapun shalat wajib tidak boleh ditinggalkan, kecuali bagi perempuan haidh.

Lalu bagaimana dengan orang yang sudah meninggal? Apakah ahli  waris atau keluarganya dianjurkan untuk mengqadha shalat orang yang sudah wafat? Persoalan ini sudah dibahas dan diperdebatkan oleh para ulama sejak dulu. Dalam Fathul Mu’in, Zainuddin Al-Malibari mengatakan:

من مات وعليه صلاة فرض لم تقض ولم تفد عنه، وفي قول: إنها تفعل عنه، أوصى بها أم لا، حكاه العبادي عن الشافعي لخبر فيه، وفعل به السبكي عن بعض أقاربه

Artinya, “Orang yang sudah meninggal dan memiliki tanggungan shalat wajib tidak diwajibkan qadha dan tidak pula bayar fidyah. Menurut satu pendapat, dianjurkan qadha’, baik diwasiatkan maupun tidak, sebagaimana yang dikisahkan Al-‘Abadi dari As-Syafi’i karena ada hadis mengenai persoalan ini. Bahkan, As-Subki melakukan (qadha shalat) untuk sebagian sanak-familinya.”

Memang tidak terdapat hadits yang secara tegas menunjukkan kebolehan qadha shalat. Ulama yang membolehkan hal ini berdalil pada hadis kewajiban qadha puasa bagi ahli waris. ‘Aisyah pernah mendengar Rasulullah bahwa:

من مات وعليه صيام صام عنه وليه

Artinya, “Siapa yang meninggal dan memiliki tanggungan puasa, wajib bagi keluarganya untuk mengqadhanya,” (HR Al-Bukhari).

Anjuran mengqadha puasa ini disematkan pada shalat, karena keduanya sama-sama ibadah badaniyah (ibadah fisik). Dalam Syarah Shahih Muslim, An-Nawawi juga menguraikan perdebatan ulama terkait hal ini. Persoalannya, apakah ibadah yang dilakukan orang yang masih hidup, pahalanya sampai kepada orang yang meninggal atau tidak? An-Nawawi menjelaskan:

ذهب جماعات من العلماء إلى أنه يصل إلى الميت ثواب جميع العبادات من الصلاة والصوم والقراءة وغير ذلك وفي صحيح البخاري في باب من مات وعليه نذر أن ابن عمر أمر من ماتت أمها وعليها صلاة أن تصلي عنها

Artinya, “Sekelompok ulama berpendapat bahwa pahala seluruh ibadah (yang dihadiahkan kepada orang yang meninggal) sampai kepada mereka, baik ibadah shalat, puasa, dan membaca Al-Qur’an. Dalam shahih al-Bukhari, bab orang yang meninggal dan masih memiliki kewajiban nadzar, Ibnu Umar memerintahkan kepada orang yang meninggal ibunya dan memiliki tanggungan shalat untuk mengerjakan shalat untuk ibunya.”

Demikianlah pendapat ulama terkait kebolehan mengqadha shalat untuk orang yang sudah wafat. Selain pendapat, sebagian ulama besar seperti As-Subki juga melakukan untuk keluarganya yang telah wafat. Bagi siapa yang tidak setuju dengan pendapat di atas, alangkah baiknya untuk tidak menyalahkan orang yang mengqadha’ shalat untuk keluarganya yang telah wafat. Sebab persoalan ini masih diperdebatkan dan diperselisihkan oleh para ulama (khilafiyah). Wallahu a’lam